Angin yang berhembus dingin
Matahari yang lebih kerasan menemani bumi
Mengabarkan rindu jiwaku untukmu
Yang terpisah sejauh empat jangkauan waktu
Daun-daun yang mulai bersemi
Bunga alam mulai bermekaran
Menceritakan tentangmu disana
Saat engkau bertanya
apakah di negeri dengan dua musimku
Ada yang namanya rindu
Kepada negeri berkekuatan ekonomi
Negeri warisan Rasul kita
Ah, hal itu tidak perlu ditanyakan
Kopi penghangat hari pun tahu jawabannya
Aku terdiam sesaat
Ketika malam yang hanya seperempat bagian hari
Dengan angkuhnya merenggut senyum hatiku
Dia berkata bahwa aku tak lebih dari
sebuah objek eksperiment
Di balik ketinggian ilmu duniawinya
Tapi, tutur lembutmu
Selalu melemahkan segenap kekuatanku untuk pergi
Dan untukmu, Tuhan Yang Maha Cinta telah
Meletakkan roh ikhlas dan tulus sebesar jagad raya di hatiku
Maka, bagiku
Tiada tempat seindah serambi rumah Tuhan
Dan tiada wangi yang lebih harum
dari aroma tanah yang basah oleh gerimis senja
Lalu aku minta pada Tuhan dari segala makhluk
Agar seusai tugas lintas benua ini
Dan musim semi berganti
Kita dipertemukan kembali
Meski hanya sekali lagi sebelum waktu aku bertemu Tuhanku
Di tempat yang sama
Di negeri gemah ripah loh jinawi ini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar